Sabtu

Hanya Satu Ember Air Bisa Membuat Penjara Quezon City Menjadi Neraka


Hanya Karena Seember Air, Memicu Kerusuhan Maut di Penjara Quezon City Yang Penuh Sesak.

Sebuah kerusuhan yang dipicu oleh seember air yang secara tidak sengaja tumpah membuat satu orang tewas di sebuah penjara Filipina yang terkenal karena kepadatan narapidananya yang brutal.

kelebihan narapidana di penjara pinggiran kota Manila juga memberikan kontribusi dalam pertarungan antara dua kelompok penjara yang terjadi pada hari Jumat, kata petugas penjara Norberto Felicen.

“Kami memiliki 3.424 narapidana di sebuah fasilitas yang dibangun untuk menampung 800 orang, Dimanapun ada ruang terbuka, mereka harus menggunakannya untuk tidur. Itulah salah satu faktor yang menyebabkan kerusuhan tersebut, “kata Felicen kepada AFP.

Masalahnya dimulai ketika anggota genk “Bahala Na”, yang ditahan di penjara Quezon City, membawa seorang anggota geng yang menderita kejang kejang ke klinik penjara tersebut.


Karena terburu buru dan panik, mereka tidak sengaja menumpahkan seember air ke anggota Genk saingan yang sedang tidur, yang kemudian terbangun karena marah dan mengira mereka diprovokasi.

Anggota dari dua geng tersebut saling melempar dengan bebatuan dan kursi, sebelum pihak keamanan penjara menghentikan dan meredam suasana, namun ada seorang narapidana terbunuh.

Tahanan yang menderita kejang juga meninggal di klinik tersebut, Felicen mengatakan bahwa insiden tersebut sedang diselidiki.

Penjara Kota Quezon mendapat perhatian internasional tahun lalu setelah foto-foto AFP menunjukkan kepadatan narapidananya yang berlebihan dan diperburuk oleh kampanye anti narkoba yang kejam dari Presiden Rodrigo Duterte.

Gambar-gambar tersebut menunjukkan bahwa para tahanan menumpuk seperti ikan sarden, bergantian tidur di tangga dan lapangan basket terbuka.

Penggiat Hak Asasi Manusia mengkritik kondisi saat itu, dengan mengatakan bahwa hal itu seperti cerita “straight out of Dante’s ‘Purgatory'”, mengacu pada cerita penulis Italia abad ke-13 tentang kehidupan akhirat.

Pihak berwenang telah berjanji untuk membangun fasilitas baru untuk mengurangi kepadatan narapidana, namun mengatakan ini akan memakan waktu.

Bahkan sebelum Duterte berkuasa tahun lalu, sistem hukuman Filipina menduduki peringkat ketiga yang paling padat di dunia, menurut Institut Penelitian Pidana Universitas London.

0 komentar:

Posting Komentar