Senin

CERITA ASAL MULA SEBUTAN UNTUK KETURUNAN NAGA


Poker Online - GenkPoker - Sering dijumpai dalam berita media dan banyak orang Tionghoa secara pribadi juga mengatakan: “Kami adalah keturunan Naga” dan lain sebagainya.

Begitu membaca atau mendengar perkataan tersebut, sekilas penulis merasakan sangat indah, namun jika direnungkan lebih mendalam, akan terasa janggal: bagaimana mungkin orang Tionghoa menjadi keturunan hewan jenis naga ini?

Dilansir dari efochtimes, Lagipula dalam buku-buku kuno Tiongkok, sebutan tersebut ternyata belum pernah ada, walaupun citra naga mulai dari zaman kuno telah eksis.

Selain itu, dalam kamus besar Etimologi ( 辭源, Cí Yuán atau Sumber Kosakata) Tiongkok terdapat 8 buah penjelasan serta 263 kosa kata yang diawali dengan kata naga, namun tidak ada satu pun yang menunjukkan sebuah makna bahwa naga merupakan lambang bangsa Tionghoa atau bangsa Tionghoa adalah anak-cucu naga.

Sesungguhnya, dalam masyarakat Tionghoa, naga merupakan sebuah lambang kemuliaan, keberuntungan, khidmat dan sakral. Terlihat dari benda-benda tembikar, perhiasan yang terbuat dari batu giok pada zaman dahulu kala, lukisan/ornamen naga telah digunakan secara luas, bahkan hingga kemudian digunakan pada barang kerajinan, kaligrafi, lukisan, busana raja dan lain-lain.


Dalam sejarah Tiongkok, terdapat beberapa versi legenda tentang naga :

1. Naga merupakan tanda akan munculnya orang suci atau kaisar, tapi lama kelamaan berubah menjadi simbol otoritas kaisar.

Misalnya Kaisar Kuning, Kaisar Yao dan Raja Yu, Kaisar Han Gaozu, Kaisar Han Wudi pada tahun-tahun sebelum Masehi dan Kaisar Tang Taizong (598 – 649), ketika mereka lahir atau wafat atau pun ketika naik tahta, selalu terdapat fenomena munculnya Dewa naga. Mungkin berdasarkan hal tersebut kaisar selanjutnya menyebut diri mereka sebagai “Putra Langit Naga Sejati”.

2. Naga diyakini merupakan roh Dewata yang memiliki kemampuan supranatural.

Dalam buku Fo Shuo Hai Long Wang Jing (Kitab Ulasan sang Buddha Mengenai Raja Naga Laut) yang diterjemahkan oleh Dharmaraksa pada Dinasti Jin Barat, mengatakan: Buddha memberi ceramah di atas bukit Rajagraha, Raja Naga Laut membawa keluarganya hadir mendengarkan ceramah, dan mengundang sang Buddha turun ke istana Naga di dasar laut untuk dipuja. 

Dalam buku cerita Xi You Ji (Kisah Perjalanan ke Barat) terdapat juga sebuah kisah tentang Kera Sakti meminjam hujan kepada Raja Naga, dalam buku Feng Shen Bang (kisah pertarungan Dewa melawan iblis) Dewa Na Zha membunuh putra ke-3 Raja Naga, dan lain sebagainya. Walau peran naga tidak selalu positif, namun naga jelas memiliki kekuatan gaib.

Dalam mitologi dan legenda Tiongkok kuno, naga memiliki bentuk tubuh seperti ular, kepala seperti buaya, kaki seperti kadal, cakar seperti elang, ekor seperti ular, tanduk seperti rusa, sisik seperti ikan, berjenggot, di bawah dahi terdapat butir mutiara. Dari sini dapat terlihat, naga bukan jenis kehidupan di atas bumi, melainkan merupakan kehidupan gaib atau satwa langit.

Menurut benda kuno yang digali dari situs zaman Yin (1300 SM), sejak permulaan Dinasti Shang (abad ke-17 SM) telah muncul benda-benda yang berhubungan dengan naga, dan terus berlanjut hingga zaman Dinasti Qing (dibaca: Jing, 1636 – 1911).

Pemujaan terhadap naga oleh bangsa Tionghoa pada zaman kuno justru berawal dari kemampuan supra natural naga, berawal dari manusia percaya naga merupakan sebuah kehidupan gaib dari atas langit, berawal dari kepercayaan manusia terhadap Dewa dan Buddha.

Dalam buku kuno juga sering tercatat naga gaib muncul di dunia manusia, dengan demikian lebih memperkuat pemujaan manusia kala itu terhadap naga, terhadap Dewa dan Buddha.

Namun walaupun orang Tionghoa zaman kuno begitu antusias memuja naga, akan tetapi tak seorang pun pernah mengatakan dirinya adalah “keturunan naga”, hingga sekarang juga tidak pernah ditemukan perkataan demikian dalam buku peninggalan zaman kuno. Lagi pula kaisar telah dianggap sebagai “Putra Langit Naga Sejati”, tentu tidak mungkin dikatakan lagi sebagai keturunan naga.


Sejak zaman dahulu, bangsa Tionghoa yang telah mempunyai kepercayaan terhadap Konghucu, Buddha dan Tao, mana mungkin mengakui dirinya adalah keturunan naga? Karena bangsa Tionghoa diciptakan oleh Tuhan, adalah anak Tuhan, bukankah legenda Tiongkok kuno mengatakan “Nuwa menciptakan manusia“?

Jika begitu, sejak zaman dahulu hingga masa pemerintah Republik Tiongkok (yang diproklamirkan oleh Sun Yat Sen pada 1911), bangsa Tionghoa tidak pernah menganggap dirinya adalah keturunan naga, lalu sebutan tersebut dimulai sejak kapan? Siapakah pelontar sebutan ini?

Jika tidak salah dimulai dari sebuah lagu “Keturunan Naga” yang populer pada abad lalu tahun 80-an. Selain itu sungguh sulit menemukan asal mula yang pasti.

Di akhir tahun 1978, komposer Hou Dejian, Taiwan menciptakan sebuah lagu berjudul “Keturunan Naga”. Pada 1983, Hou mengabaikan larangan pemerintah Taiwan, ia berangkat sendirian menuju daratan Tiongkok (kala itu belum ada hubungan diplomatik resmi antara kedua pemerintahan). 

Melalui propaganda media Partai Komunis Tiongkok (PKT), “Keturunan Naga” mulai menyebar di seluruh daratan dan menjadi lagu pop, juga di Pulau Taiwan. Maka dimulailah sejak saat itu, PKT dalam propagandanya menggunakan sebutan “Keturunan Naga” terhadap bangsa Tionghoa dan RRT pun disebut sebagai “Naga Tiongkok”. Rakyat Tiongkok secara tak sadar telah menerima sebutan itu.

Realitanya, kalimat pertama lirik lagu saja sudah salah. Kata “Tiongkok” walau pernah disebut pada masa Dinasti Zhou Barat (abad 11 – 771 SM), namun artinya adalah negara yang berlokasi di daerah tengah. Sebagai nama negara kali pertama baru muncul pada tahun 1912. Sebelum dinamakan Tiongkok pada zaman dahulu ada sebutan: Tionghoa, Huaxia (daerah Tionghoa), Shenzhou (Benua Dewata), Jiuzhou (Sembilan Benua), namun belum pernah mereka menggunakan naga sebagai nama pengganti Tiongkok.

Dengan kata lain, bangsa Tionghoa menjadi keturunan naga hanya dalam 30 tahun belakangan ini saja. Dengan demikian penggantian bangsa Tionghoa menjadi “Keturunan Naga”, mudah sekali ditebak, yaitu ulah PKT. Lalu mengapa PKT ingin mengubah bangsa Tionghoa menjadi keturunan naga? Coba kita hubungkan dengan naga jahat merah yang disebutkan dalam Alkitab, mungkin tidaklah sukar untuk dimengerti.

Alkitab Bab 12, melukiskan seekor naga merah yang ganas dan brutal. Naga merah dan anteknya berperang dengan para Dewa di langit, akhirnya terpenggal jatuh di atas bumi. Alkitab secara jelas menuding “Naga merah tersebut dinamakan iblis atau setan, adalah untuk menyesatkan seluruh umat manusia.”


Kita mengasosiasikan dengan nenek-moyang PKT yakni Karl Marx dan Engels, mereka terang-terangan di dalam Manifesto Komunis menyatakan dirinya adalah sebuah roh yang bergentayangan di atas langit Eropa. Bekas Uni Soviet menyebut dirinya sebagai “tentara merah”, tentara PKT juga disebut “bandit merah”, seluruh bendera partai di negara Komunis berwarna merah darah, dari sini kita tidak sulit memahami, yang homolog dengan naga merah jahat tersebut di dunia manusia jelas-jelas adalah PKT yang haus darah dan memuja kekerasan.

Naga merah tersebut melalui pemberian tanda/stempel 「獸」 (hewan) pada tubuh manusia (di bagian dahi), tanda tersebut merupakan “surat jalan” untuk bersama-sama iblis menuju neraka, dianalogkan dengan dunia manusia adalah menjadi anggota “partai, liga pemuda dan pemuda pionir” (partai komunis beserta afiliasinya). Dari sini dapat dikatakan PKT membuat manusia berubah menjadi “keturunan naga merah jahat” dengan tujuan tak lain adalah untuk memusnahkan manusia.

SUMBER : kebajikan

Untuk informasi lebih lanjut, silahkan menghubungi Customer Service kami di :

PiN BB : 7F19FD2F
WA : +66.984.849.737
YM : Genkpoker_cs1@yahoo.com
YM : Genkpoker_cs2@yahoo.com
FP : @GENKXPOKER


Alternatif Link :
http://bit.do/cTDxF

And May You Have a Good Game

0 komentar:

Posting Komentar