Membentuk Pasukan Aliansi Bikinan Arab Saudi |
Lelaki yang dikenal di media sosial Twitter dengan nama akun @Mujtahidd itu mengatakan gagasan Saudi tersebut sebetulnya dilatar belakangi persaingan kekuatan politik di dalam keluarga kerajaan.
Dia menyebut aliansi militer yang terdiri dari 34 negara muslim itu tidak lain adalah upaya Pangeran Muhammad Bin Salman, putra raja dan pewaris takhta kerajaan di generasi kedua yang sekaligus menteri pertahanan, untuk menarik perhatian publik dalam persaingannya merebut takhta dengan sang sepupu sekaligus musuhnya, Muhammad Bin Nayef. Selama ini negara-negara Barat menilai Bin Nayef lebih layak sebagai pewaris takhta Saudi berikutnya.
"Koalisi yang diumumkan Muhammad Bin Salman itu tidak punya bentuk organisasi, pasukan gabungan , koordinasi militer, peraturan, dan struktur organisasi," kata Mujtahid dalam kicauannya di Twitter, seperti dilansir Breitbart.com, dua hari lalu.
Koalisi itu juga tidak menyebutkan batas minimal negara yang bergabung, tidak punya tujuan jelas, dan definisi tegas yang disebut musuh, serta aksi macam apa yang akan dilakukan.
Masih menurut Mujtahid, ide Bin Salman untuk membentuk aliansi itu adalah wujud keputusasaan dirinya dalam menghadapi Bin Nayef yang selama ini dikenal sebagai pahlawan perang melawan terorisme dan bakal menjadi sosok pemimpin Saudi di masa depan, sedangkan Bin Salman sendiri di mata intelijen Barat dan media dikenal sebagai orang yang ceroboh dan berbahaya.
Dengan gagasan aliansi ini, Bin Salman ingin pamer ke dunia Barat, dia lebih hebat ketimbang Bin Nayef dalam hal melawan terorisme.
Dalam pemberitaan Breitbart Rabu lalu, pejabat Pakistan mengatakannegara mereka disebut telah bergabung dengan aliansi 34 negara muslim bikinan Saudi tanpa diminta pendapat terlebih dahulu.
Senada dengan itu, Kementerian Luar Negeri Libanon sehari sebelumnya juga membantah telah bergabung dalam aliansi bentukan Saudi ini.
Aliansi tanpa aksi
Ide pembentukan aliansi militer 34 negara muslim dari Saudi ini boleh jadi hanya keren di mata negara Barat tapi justru omong kosong belaka dalam hal aksi nyata.
Koalisi pimpinan Saudi ini lebih kentara sebagai bentuk lain dari perseteruan Sunni-Syiah yang sudah mengakar ratusan tahun di Timur Tengah. Negara-negara berpaham Islam Syiah seperti Iran, Suriah, Irak, tidak diajak bergabung dalam aliansi Saudi ini.
Pejabat Amerika Serikat mengakui peliknya isu ini padahal mereka ingin kontribusi lebih banyak dari negara Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, dan Turki dalam memerangi kelompok militan ISIS.
Jerusalem Post melaporkan, Rabu (16/12), negara-negara Arab belakangan justru menarik diri dari serangan udara melawan ISIS yang dipimpin Amerika.
Pejabat Pentagon mengatakan kepada koran the Washington Post, hingga akhir bulan lalu Saudi tidak mengerahkan serangan udara terhadap ISIS. Mereka absen dari serangan sudah hampir tiga bulan.
Pejabat itu juga menuturkan, Yordania pun sudah menghentikan serangannyaejak Agustus, sedangkan Uni Emirat Arab sejak Maret.
Kondisi ini menurut David Andrew Weinberg, pengamat negara Teluk di Yayasan Pertahanan Demokrasi, justru bertolak belakang dengan gagasan Saudi yang ingin membentuk aliansi militer 34 negara. Karena mereka sendiri sebetulnya sudah tidak lagi menyerang ISIS belakangan ini.
"Hanya karena Saudi mengumumkan rencana aksi baru melawan terorisme bukan berarti dia benar-benar akan melakukannya," ujar Weinberg.
"Meski dia (Saudi) sesumbar memerangi ideologi ISIS, tapi rezim itu justru terus-terusan merangkul ulama yang melancarkan propaganda kebencian terhadap kaum Syiah, Kristen, Yahudi, perempuan, homoseksual, dan negara Barat."
Turki yang hipokrit
Gagasan Saudi membentuk aliansi militer 34 negara muslim mendapat dukungan dari Amerika Serikat, begitu pula dari Turki.
"Turki siap membantu dalam bentuk apa saja untuk melawan terorisme, tak peduli di mana pun atau siapa pun yang mengorganisasikannya," ujar Perdana Menteri Ahmet Davutoglu kepada wartawan di Ankara, seperti dilansir stasiun televisi Aljazeera, Selasa (15/12).
Namun di Iran, Turki menjadi bahan olok-olok karena sudah bukan rahasia umum lagi negara itu disebut-sebut justru menjalin kerja sama bisnis minyak dengan ISIS.
"Iran merasa siapa pun yang memimpin aliansi ini tidak punya latar belakang yang baik dalam memerangi terorisme, dan bahkan justru dalang di belakang layar yang mendukung gerakan teroris," ujar pengamat Iran Hossein Ryvaran, seperti dikutip EuroNews, Selasa (15/12).
GENKPOKER Situs poker online, domino qq, bandar blackjack, bandar ceme, Capsa Susun. Permainan judi kartu dengan tampilan paling terbaru, Dengan minimal deposit & withdraw termurah hanya Rp 10.000,- anda telah bisa menikmati games yang khusus kami berikan kepada member setia Genkpoker. Ikuti program referal yang kami berikan khusus untuk anda, undang lah teman temanmu untuk bermain bersama kami melalui link referal yang terdapat di menu website kami serta dapatkan bonus referal sebesar 10%.
Genkpoker memberikan bonus rolingan sebesar 0,5% yang pertama di indonesia, Perhitungan bonus cashback ini di hitung dari turn over selama 1 minggu.
Untuk informasi lebih lanjut, silahkan menghubungi Customer Service kami di :
PiN BB : 7F19FD2F
WA : +855 8641 8989
YM : Genkpoker_cs1@yahoo.com
YM : Genkpoker_cs2@yahoo.com
Link : www.GenkpokeR.com
ATAU BISA KLIK DISINI !!
Progresive jackpot saat ini : 814,341,396
0 komentar:
Posting Komentar