Selasa

Kisah Mistery Buaya Siluman

ILUSTRASI
GENKPOKER - Dengan mata telanjang, aku melihat buaya yang sangat besar di bawah rumah panggungku. Buaya itu kuperkirakan berpanjang sepuluh meter dan berat satu ton lebih Dengan teriakan sekerasnya aku memangil Mas Kasman. Suamiku itu langsung mendatangiku dan dia juga tersentak melihat buaya yang begitu besar.
"Huss, pergi kau dari situ, atau kau akan aku tembak!" bentak suamiku, kepada buaya itu.
"Mas kok ngomong begitu? Bahaya Mas, ini bukan buaya biasa, tapi buaya jadi-jadian," katanya.
"Lihatlah, panjang dan berat tubuhnya, begitu panjang dan besar. Mana ada buaya biasa sebesar itu," desisku, yang kemudian diangguki kepala oleh Mas Kasman. Anehnya, setelah dibentak suamiku, buaya itu lalu menceburkan diri ke dalam sungai. Sungai besar Sungai Muara Telang, kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. Sungai Muara Telang adalah anak sungai yang mengalir ke Kota Palembang, anak-anak dari Sungai Musi yang panjang.
"Memang Mama benar, buaya itu bukanlah buaya biasa, tapi buaya jejadian yang punya maksud tertentu maujud di dekat rumah kita,Ma," sorong suamiku. Aku lalu menghitung, mengira-ngira, apa sebenarnya maksud dari penampakan buaya siluman itu. Lalu setelah itu, setelah tidak dapat terpecahkan oleh pemikiran kami, kami pun berinisiatif untuk pergi ke Pemulutan, Ogan Ilir, menemui ahli buaya jejadian di sana. 

Keesokan harinya, kami pergi ke Pemulutan. Di daerah kecamatan dekat Kota Palembang ini, banyak sekali pawang buaya. Di kampung ini banyak sekali ahli supranatural khusus untuk buaya siluman ini. Maka itu, pada setiap tahun, setiap Festival Bidar, perahu panjang yang dikayuh oleh 30 orang dari Pemulutan itu, selalu menang. Bidar-bidar dari Pemulutan selalu menjadi yang terdepan di ajang lomba. Mereka selalu menjadi juara satu karena bidar mereka, diketahui menggunakan jasa gaib buaya jejadian. Selain dikayuh oleh tangan manusia, bidar dari Pemulutan didorong oleh buaya kepala putih. Buaya sliuman itulah yang membuat bidar Pemulutan larinya cepat dan mengungguli bidar-bidar lain.

Kami direkomendasi oleh seorang staf kecamatan Muara Telang untuk menemui Haji Nasir. Haji Nasir adalah pawang buaya paling senior dari segi umur. Haji Nasir sudah berusia 78 tahun dan pewaris tunggal ilmu buaya dari kakeknya yang saktimandraguna, Haji Toyib Abdulkarim. Seperti Nabi Sulaiman yang biasa bicara dengan unggas, Haji Toyib Abdulkarim biasa berbicara secara aktif dengan buaya-buaya. Baik itu buaya sungguhan maupun buaya siluman. Untuk menemui Haji Nasir ternyata tidak mudah. Haji Nasir sangat tertutup dan misterius. Bahkan banyak warga setempat yang berani bertaruh kepada kami. Mereka mengatakan, bahwa kami orang hebat bila dapat bertemu dengan Haji Nasir. Kabarnya, ayah dari 30 orang anak dari empat istri itu adalah manusia setengah siluman juga. Dia ada di rumah tapi tidak dapat dilihat oleh siapapun, kecuali oleh istri dan anak-anaknya. Sosok dirinya ada di manapun, tapi tidak ada orang yang dapat melihatnya.
"Haji Nasir itu punya ilmu halimunan, bisa menghilangkan dirinya dan bisa pula masuk ke dalam pohon," ungkap Parman Solihin, 45, pegawai kecamatan Muara Telang, seorang yang bersala dari Pamulutan dan masih berhubungan darah dengan Haji Nasir.

Syukur Alhamdulillah, kami tidak kesulitan menemukan Haji Nasir. Begitu kami memasuki rumahnya dan mengucapkan salam, langsung dijawab oleh seesorang lelaki tua. Lelaki yang menyambut kami tersebut ternyata langsung Haji Nasir. Kakek dari 60 orang cucu itu berambut panjang, jenggot panjang dan tubuhnya sangat kurus dan sudah setengah bongkok. Dengan mata yang tajam menyala-nyala, Haji Nasir menatap mata kami. "Ada apa ke rumah saya tanyanya, tanpa mempersilakan kami duduk. Duduk di bangku rotan dan bangku bambu yang nampaknya dibuat olehnya sendiri.

Sebelum mengungkap maksud kedatangan kami, Mas Kasman bertanya. "Boleh kami duduk Pak Haji?" tanya suamiku. Pak Haji diam saja, tidak menjawab boleh dan tidak juga menjawab tidak. Karena kami tidak dipersilakan duduk, maka kami berdiri saja di depan Haji Nasir. Suamiku lalu menyebut maksud kedatangan kami walau sambil berdiri, yaitu menceritakan ada buaya yang sangat besar mendekati rumah panggung kami dan nampaknya punya maksud tertentu.
"Kok kamu tahu kalau buaya itu punya maksud tertentu? Buaya ya buaya, dia lagi mencari makan karena kelaparan," tegas Haji Nasir.
"Tapi buaya itu besar dan panjang Pak Haji, rasanya tidak ada buaya sepanjang dan sebesar itu. Beratnya mungkin lebih dari satu ton!" pancing Mas Kasman.
"Tahu dari mana kamu kalau buaya itu beratnya lebih dari satu ton? Apa kamu sudah menimbangnya?" tekan Haji Nasir.
"Kira-kira Pak Haji, kami hanya mengira- ngira, taksiran kami buaya itu beratnya segitu karena besar dan panjang!" elak Mas Kasman.
"Walau buaya itu bertubuh panjang dan besar, beratnya hanya 10 kilogram, percaya tidak?" terang Haji Nasir.
"Oh iya, Pak Haji? Beratnya hanya sepuluh kilogram?" tukas Mas Kasman.
"Buaya itu bernama Si Godek, dia bermukim di ujung Sungai Musi, tepatnya di dekat Selat Bangka!" tukas Pak Haji Nasir.
"Jadi dia tidak ada maksud apa-apa mendatangi rumah kami, Pak Haji?" Tanya suamiku lagi.
"Ada anakmu yang bernama Herman kan? Ada tanda merah di telapak tangan Herman itu sebelah kanan. Tanda merah itu mengikuti urat selapak sepanjang dua sentimeter, betul kan?" tanya Haji Nasir. Kami langsung mengangguk karena semuanya benar. Anak bungsu kami bernama Herman dan Herman mempunyai tanda merah di telapak tangan kanannya. Tanda itu memanjang sepanjang dua sentimeter, warna merah ke kuning-kuningan.
"Tahu kalian apa arti tanda merah itu?" tanya Haji Nasir lagi.
"Tidak tahu, Pak Haji," jawab kami, berbarengan.
Haji Nasir menerangkan pada kami dan keterangannya itu mengecutkan nyali kami. Ternyata, tanda merah yang ada di telapak tangan kanan Herman adalah, sebagai "panci". Panci itu artinya pertanda, tanda-tanda untuk dimakan buaya.
"Buaya yang datang itu adalah buaya yang kelaparan, yang akan memakan anak kalian!" ungkap Haji Nasir, datar.
"Oh Tuhan!" pekikku. Bayangan ku jauh kepada Herman yang saat itu kami tinggal bersama abangnya di rumah kami di Muara Telang. Di rumah kami saat itu, semuanya anak-anak dan tidak ada satupun orang tua yang mengawasi. Sumarni, tanteku, sedang pulang ke Tebing gerinting untuk satu urusan. Biasanya Sumarni selalu bersama anak-anak kami dan dia yang menjaga anak-anak. Saat kami pergi ke Pemulutan, Herman sedang deman panas sedikit. Tapi kami sudah bawa ke dokter Puskesmas dan sudah meminum obat.

"Pak Haji, tolonglah kami, Pak Haji, selamatkan anak kami dari buaya jejadian itu, Pak Haji!" pinta ku, menghimbau kepadanya. Dengan santai, Haji Nasir menjawab. "Memangnya saya ini Tuhan, yang bisa menyelamatkan orang dari marabahaya?" celetuk Haji Nasir, santai. "Kalian minta kepada Allah, jangan minta kepada saya. Sekarang pulanglah kalian ke rumah, anak kalian itu dalam bahaya besar. Buaya itu sudah mendekati rumah kalian lagi dan Herman sedang terancam. Bawa daun kelor ini dan poleskan di telapak tangan kanan anak kalian itu. Cepat, pulanglah ke rumah sekarang," perintah Haji Nasir, sambil memberiken lima lembar daun kelor dan diambil oleh suamiku. Karena terbiasa memberi uang penajam kepada paranormal, Mas Kasmas memberikan amplop berisi uang Rp 2 juta untuk Haji Nasir? "Saya tahu nilai amplop uang ini Rp 2 juta rupiah. Saya sudah banyak uang dan tidak membutuhkan uang sekarang ini. Yang sedang butuh uang banyak adalah Panti Yatim yang ada di Muara Telang dan berikan uang ini kepada mereka. Mereka sangat membutuhkan uang dan jika perlu kalian tambah lagi jumlahnya, faham?" ungkap Haji Nasir. Kami mengangguk dan berjanji untuk memberikan uang itu kepada Panti Yatim yang ada di Muara Telang, Panti Yatim Al Basyir.

Mendengar anak kami, Herman terancam, kami segera pulang ke Muara Telang. Untuk mempecepat perjalanan, kami menyewa speedboat khusus Yanmar Ecpodic bertenaga 200 PK dari Pemulutan menuju Muara Telang. Kami melintais Sungai Musi dengan kecepatan tinggi dan dalam keadaan panik. Kami panik bercampur cemas memikirkan keselamatan Herman dari buaya siluman yang sudah mengintip lama untuk memakan anak kami itu. Pemilik speedboat mengerti hal itu dan dia memacu habis kecepatan sehingga Sungai Musi kami jalani seperti terbang. Sesampainya di sungai di dekat rumah, kami berdua buru-buru naik ke darat dan memasuki rumah.
"Duh Gusti, buaya besar itu ternyata sudah berada di halaman rumah kami dan telah berhasil melewati pagar. Kami berteriak mengusir buaya itu dengan terus menyebut takbir dan syahadat, Dengan daun kelor pemberian Haji Nasir, kami melemparkan satu lembar ke arah buaya besar itu. Sungguh sakti mandraguna daun pemberian Haji Nasir itu, di mana Si Buaya langsung raib saat daun kelor kecil itu dilemparkan ke tubuh Sang Eligator. Dalam hitungan detik, buaya itu raib dengan meninggalkan sisa-sisa air yang begelembung di halaman rumah kami. Kami langsung masuk memanggil nama anak-anak kami. Alhamdulillah mereka menjawab dan aku melihat Herman sedang tertidur pulas karena masih demam.

Hati kami lega benar dan kami bersujud syukur setelah mengetahui anak-anak kami semuanya dalam keadaan baik-baik. Dalam keadaan Herman teridur, aku dan Mas Kasman memoleskan daun kelor di telapak tangan kanan Herman. Herman terbangun dan dia lalu memeluk kami berdua. Ajaibnya, setelah daun itu dioleskan, tanda merah di telapak tangan kanan Herman itu langsung hilang. Bahkan tidak meninggalakan sedikitpun bekas di urat telapak tangan kanannya.
"Insya Allah, Herman sudah tidak di incar oleh buaya siluman itu lagi!" desis Mas Kasman, sambil mengucap puji syukur kepada Allah dan berterima kasih kepada Haji Nasir.

Keesokan harinya, kami langsung mendatangi Panti Yatim dan menyerahkan bantuan sebesar Rp 10 juta untuk yayasan itu. Pengasuh panti dengan sangat senang hati merierima bantuan itu dan kami menyebut bahwa Rp 2 juta dari nilai sepuluh juta itu adalah bantuan Haji Nasir, pawing buaya dari Pemulutan, Ogan Ilir. Sungguh suatu keajaiban datang lagi. Pemilik panti, Ibu Norma Yunita, 56 tahun, ternyata mendapatkan impian aneh tadi malam. Mimpinya itu diceritakan semuanya kepada kami. Nurma Yunita bermimpi tentang lelaki berjenggot putih, tubuh bongkok dan rambut panjang bernama Haji Nasir yang berumur 70-an tahun. Haji Nasir, dalam mimpinya itu, menyebut bahwa akan datang bantuan Rp 10 juta dari seseorang warga Muara Telang juga dan uang itu sebagian kecil harus diritual sedekah bumi di Sungai Telang. Dibuatkan satu paket makanan hasil bumi seperti nasi, ubi, singkong, kacang dan kentang. Sedang nasi yang disajikan adalah nasi merah, dari beras merah yang dijadikan gunungan yang dikelilingi cabe, bawang goreng dan bawang putih. Setelah jadi, gunungan itu dimakan beramai-ramai oleh anak yatim, lalu dilarung ke Selat Bangka.
"Mimpi itu benar-benar menjadi kenyataan dan nilai uangnya juga persis sekali, Rp 10 juta. Maaf, satu juta nya akan dibuatkan rumpengan dan akan kami larung di Selat Bangka," ungkap NurMa Yunita kepada kami. NurMa Yunita juga, di dalam mimpinya itu, bersama kami dan anak kami Herman dalam upacara larungan tersebut.

Karena hal ini sebagai perintah gaib, kami pun benar-benar ikut di dalam larungan itu. Kami bersama-sama naik kapal tongkang ke Selat Bangka dan melarung tumpengan itu ke laut. Saat larungan dilakukan, sesekor buaya besar menampakkan diri di permukaan laut dan beranjak menuju ke tengah samudera. Buaya itu Nampak pergi meninggalkan Sungai Musi dan masuk ke dunia lain, ke laut Selat Bangka dan tidak akan lagi menganggu anak kami. Alhamdulillah, hingga ujung tahun 2011, Herman anak kami selamat dan baik-baik saja. Anak bungsuku itu sudah duduk di bangku SD kelas lima dan berumur 10 tahun. Sedangkan saat memiliki tanda merah di telapak tangan itu, dia masih berusia 4 tahun dan belum bersekolah. Haji Nasir, beberapa kali kami datangi untuk bersilaturrahim, tapi dia tidak pernah dapat ditemui. Kami mendengar suaranya ada di dalam rumah, tapi sosoknya tidak pernah dapat kami lihat lagi. Hingga akhir tahun 2011, kami tidak pernah dapat menjumpai lagi Haji Nasir yang sakti.

GENKPOKER Situs poker online, domino QQ, bandar blackjack, bandar ceme. Permainan judi kartu dengan tampilan paling terbaru, Dengan minimal deposit & withdraw termurah hanya Rp 10.000,- anda telah bisa menikmati games yang khusus kami berikan kepada member setia Genkpoker. Ikuti program referal yang kami berikan khusus untuk anda, undang lah teman temanmu untuk bermain bersama kami melalui link referal yang terdapat di menu website kami serta dapatkan bonus referal sebesar 10%. 

Genkpoker memberikan bonus rolingan sebesar 0,5% yang pertama di indonesia, Perhitungan bonus cashback ini di hitung dari turn over selama 1 minggu.

Untuk informasi lebih lanjut, silahkan menghubungi Customer Service kami di :

PiN BB : 7F19FD2F
WA : +855 8641 8989
YM : Genkpoker_cs1@yahoo.com
YM : Genkpoker_cs2@yahoo.com
Alternatif Link : www.GenkpokeR.Net

ATAU BISA KLIK DISINI !!

Progresive jackpot saat ini : 816,228,196

0 komentar:

Posting Komentar